Krama Desa Adat Banjarangkan menyelenggarakan upacara Nangluk Merana Nemonin Purnama sasih Kanem, Senin (27/11/2023). Upacara nangluk merana diselenggarakan pada umumnya untuk menetralisir mala dan memohon keselamatan agar masyarakat Banjarangkan pada khususnya dan Bali pada umunya dijauhkan dari hal-hal yang negatif.
Bendesa Adat Banjarangkan, Ngakan Nyoman Muliawan menuturkan bahwa tradisi itu diselenggarakan dalam satu tahun sekali. Yang diikuti oleh seluruh krama desa setempat. Masing-masing pelawatan (sasuhunan berupa barong/rangda/pratima) untuk katedunang menuju pantai. Bahwa di sana sebagai pusat upacara, seluruh pelawatan dan krama desa melanjutkan rentetan upacaranya. Terlihat juga beberapa pelawatan dihaturkan sejajen (persembehan) di Puput Ida Pedanda Gede Putra Manuaba Griya Gede Tusan diiringi dengan gambelan baleganjur.
“Mengingat Pantai Tegal Besar mengalami abrasi, tanpa mengurangi makna upacara nangluk merana dilaksanakan di Pantai Watu Klotok dimulai dari pukul 15.00 menuju pantai dilakukan upakara di Segara, dilanjutkan menuju Pura Kayangan masing-masing, krama setempat mengaturkan sejajen dengan berisi benang berwana merah, putih, dan hitam (tridatu)” ujar Pira Asal Banjar Pagutan ini.
Ngakan Nyoman Muliawan, menambahkan Sasih Kanem merupakan musim pancaroba, peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Musim pancaroba tentu saja berdampak pada kondisi alam dan merebaknya aneka penyakit atau pun hama. Sehingga dengan adanya Upacara Nagluk Merana inilah diharapkan dapat memberikan keselamatan lahir batin memohon berkah kesuburan. Terlebih lagi, dalam pergantian sasih ini harus dimaknai dengan baik, dilaksanakan dengan lascarya, ngaturan bakti dan banten, memohon keselamatan agar terjadi penetralan kesimbangan alam. tra